Wednesday

Kisah Sukses Bisnis Bantal Mobil

Ide bisnis bisa datang dari mana saja. Salah satunya dengan jeli melihat bisnis dari penjualan mobil yang terus laris manis. Paulus pun mengembangkan bisnis bantal mobil. Bisnisnya ini fokus pada pembuatan bantal untuk kursi mobil.

Selama ini, ia merasa sandaran kursi mobil tidak selalu nyaman. Selain itu, sandaran kursi bawaan dari dealer mobil, modelnya hanya itu-itu saja. Agar terlihat enak dipandang dan lebih nyaman saat dipakai, kemudian menciptakan bantal khusus yang bisa dipakai sebagai aksesoris di kursi mobil. Bedanya dengan bantal mobil yang lain, Paulus menciptakan karakter unik di setiap bantal mobil tersebut.

Karakter bisa dipesan sesuai keinginan pembeli, baik berupa karakter kartun, tokoh robot, motif batik atau karakter lainnya. "Selain jadi pajangan di kursi, bantal tersebut juga bisa dipakai sebagai sandaran. Jadi bisa berfungsi ganda. Apalagi karakter yang dipakai bisa disesuaikan dengan karakter pemilik mobil," kata Paulus seperti dilansir Surabaya Post.

Beda dengan bantal mobil yang lain, bantal tersebut dibuat dari bahan silikon. Dengan bahan tersebut, bantal tidak mudah kempes saat dipakai dalam waktu yang lama.

"Bahkan saat bantal dicuci, nanti akan mengembang lagi seperti semula. Sehingga untuk dibuat bersandar pun semakin nyaman," tambahnya.

Selama ini, Paulus mengerjakan bisnisnya di Surakarta, Jawa Tengah. Hingga saat ini, pihaknya belum membuka cabang di manapun. Namun ternyata, antusiasme pembeli justru banyak datang secara online. Bahkan pembeli berasal dari Malaysia dan Singapura.

"Saya pernah ada pesanan untuk membuat bantal mobil dengan harga hanya Rp 90.000. Tapi karena pembelinya dari Malaysia, ongkos kirimnya Rp 135.000. Malah mahalan ongkos kirimnya. Tetap akan saya layani meski pesanan dari luar negeri," kenangnya.

Promosi dilakukan dari mulut ke mulut. Tapi untuk lebih memperkenalkan usahanya, dia lebih memilih untuk memasarkannya secara online, baik lewat blog atau media sosial seperti Twitter dan Facebook.

Walau usahanya masih sekitar dua tahun, bisnis dengan bendera Mica Work ini sudah mempunyai sekitar 13 karyawan khususnya untuk menjahit boneka dan bantal hingga tahap penyelesaiannya (finishing).

Bisnis bantal mobil ini memang sedang marak berkembang. Paulus tetap mempertahankan kualitas produk, harga yang bersaing serta pelayanan kepada pelanggan yang memuaskan. Karena selama ini pemasaran produk lebih banyak memakai media internet, Paulus pun tak ragu untuk mengirim barang terlebih dulu dan bayar kemudian saat barang sampai.

"Bisnis online adalah bisnis kepercayaan. Memang masyarakat Indonesia belum melek bisnis online. Tapi lama-lama mereka juga akan paham," katanya.

Paulus pun juga tidak pernah takut akan tertipu bila pembeli ternyata tidak membayar barang pesanannya. Sebab nilai harga produk tersebut juga tidak terlalu besar. "Syukurlah, meski model pembayarannya belakangan, sampai saat ini semua pembeli membayar. Sebab, mereka tahu kualitasnya," tambahnya.

Hingga saat ini, bisnis bantal mobil-nya bisa meraup omzet di atas Rp 30 juta per bulan. Beragam pameran selalu diikuti dan promosi via online terus gencar dilakukan, agar omzetnya terus berkembang.

Andi Arham, Raih Ratusan Juta dari Bisnis Percetakan

Faktor usia bukan penghalang kesuksesan seseorang. Beberapa orang bahkan bisa meraih sukses, meski usianya masih sangat muda. Salah satunya Andi Arham Bunyamin. Pria asal Makassar, Sulawesi Selatan ini sukses merintis bisnis percetakan di usia 23 tahun. Di bawah bendera Kretakupa, ia bisa menghasilkan omzet lebih dari Rp 100 juta sebulan.

Sejatinya, keterlibatan Andi di usaha percetakan berawal dari ketidaksengajaan. Ketika masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) di Makassar pada 2006 silam, ia diminta mendesain pin untuk keperluan organisasi di sekolahnya. “Ternyata, teman-teman minta supaya saya sekaligus yang mencetak pin itu,” kisahnya seperti dinukil dari Kontan.co.id.

Andi pun menyanggupinya. Meski, katanya, waktu itu masih sulit menemukan tempat percetakan pin. Setelah pin yang dipesan rampung, teman-teman sekolahnya malah menyangka ia memang punya bisnis percetakan. Alhasil, semakin banyak teman-teman dan organisasi lainnya di sekolah yang minta dibuatkan pin. Saking membawa banyak pesanan, toko percetakan memberikan harga khusus kepada Andi.

Sejak itulah, ia melihat pembuatan pin sebagai peluang bisnis. Mulai 2008, ia makin serius menggarap order pembuatan pin. Maklum, ia bertekad mengumpulkan modal untuk merintis usaha sendiri.

Akhirnya, dengan modal Rp 2,5 juta hasil dari berjualan pin selama dua tahun, Andi merintis usaha percetakan. Uang itu dibelikan satu mesin pencetak pin.  Ia menamakan usahanya Kretakupa, singkatan dari "kreasi tak kunjung padam".

Order terus berdatangan dari berbagai organisasi sekolah dan kampus di Makassar. Memang, Andi mendapat dukungan dari teman-temannya yang rajin mempromosikan kreasi pin buatannya.

Usahanya kian berkembang ketika ia melanjutkan kuliah di Universitas Hassanudin, Makassar. Jika sebelumnya hanya fokus menerima pesanan pin dan gantungan kunci, kemudian Kretakupa bermetamorfosis menjadi usaha percetakan yang komplit. Kini, kiosnya melayani pembuatan poster, brosur, kartu nama, stiker, plakat, hingga bendera kampanye.

Pelanggannya tersebar di berbagai daerah di tanah air. Bahkan, beberapa kali ia terima pesanan dari Malaysia dan Brunei Darussalam. Dibantu lima karyawan, Andi bisa menerima ribuan order percetakan dan merchandise tiap bulan. Alhasil, ia bisa meraup omzet berkisar Rp 60 juta hingga di atas Rp 100 juta sebulan.
------------------
Kendala di bisnis percetakan adalah masalah modal yang besar untuk membeli mesin cetak. Hal ini dapat diatasi dengan sistem makloon, kita bisa pergi ke tempat jasa cetak dengan membawa hasil desain yang disimpan dalam flashdisk. Artinya modal dasar bisnis percetakan bukanlah "uang" namun kemampuan desain grafis. Lebih jelas silahkan kunjungi http://sentrabisnisinternet.com/desain-cetak 
---------------------